Dua Bersaudara

Konon pada suatu masa
di sebuah negeri antah berantah,
hidup dua orang pria,
yang sangat mirip dengan kebanyakan anak muda zaman sekarang...

Kedua bersaudara itu menarik dan menyenangkan,
tetapi mereka tidak disiplin, nakal, dan liar.
Perilaku yang keliru ini belakangan menjadi serius
ketika mereka mulai mencuri domba dari petani setempat,
sebuah kejahatan serius dalam masyarakat penggembala tersebut.

Sepandai-pandai mereka, kedua pencuri itu tertangkap.
Para petani berhak menentukan nasib mereka:
Kedua bersaudara itu akan diberi cap pada dahi mereka
dengan tulisan ST,
singkatan dari sheep thief (pencuri domba).
Tanda ini akan terus kelihatan seumur hidup.

Salah seorang di antara kedua bersaudara itu
begitu malu dengan cap itu sehingga ia lari;
orang tidak pernah mendengar lagi kabar beritanya.
Yang seorang lagi,
dengan penyesalan mendalam
dan tekad untuk memperbaiki hubungan dengan masyarakatnya,
memilih tetap tinggal dan mencoba berbuat baik,
terutama kepada setiap warga yang pernah ia rugikan.

Mula-mula masyarakat desa itu tidak percaya dengan niat tersebut
dan bersikap acuh tak acuh kepadanya.
Akan tetapi,
pemuda ini telah bertekad untuk menebus kesalahannya di masa lampau.
Setiap kali ada yang sakit,
pencuri domba itu datang untuk merawat si sakit,
memberinya sup dan menghiburnya.
Setiap kali ada kesibukan,
pencuri domba itu datang untuk membantu dengan sukarela.
Tidak ada bedanya
apakah orang yang memerlukan bantuan itu kaya atau miskin,
pencuri domba itu selalu siap mengulurkan tangannya.
la tidak pernah menerima bayaran atas perbuatan baiknya,
hidupnya hanya untuk orang lain.

Bertahun-tahun kemudian,
seorang pelancong datang ke desa itu.
Ketika singgah pada sebuah kedai pinggir jalan
untuk bersantap siang,
pelancong itu melihat seorang lelaki tua
dengan cap aneh pada dahinya,
duduk tidak begitu jauh dari situ.

Orang asing itu melihat bagaimana semua orang desa yang lewat
selalu menyempatkan diri bercakap-cakap dengan akrab dengannya,
dan menunjukkan sikap hormat kepadanya;
anak-anak yang sedang bermain
sesekali menghentikan permainan mereka
untuk memberi dan menerima pelukan hangat.
Karena penasaran, orang asing itu bertanya kepada pemilik kedai,
"Apa arti huruf yang tertulis pada dahi orang itu?"

"Saya tidak tahu.
Kejadiannya sudah lama sekali..." sahut pemilik kedai.




Kemudian, setelah diam sejenak untuk merenung, ia melanjutkan:
"...menurut saya tulisan itu singkatan dari kata
'santo.'"

Willanne Ackerman

No comments:

Post a Comment