Seorang ibu muda,
Karen namanya, sedang mengandung bayinya yang kedua.
Sebagaimana layaknya para ibu,
Karen membantu Angelina, putrinya yang pertama
yang baru berusia 3 tahun, untuk menerima kehadiran adiknya.
Angelina senang sekali.
Kerap kali ia menempelkan telinganya di perut ibunya.
Dan karena Angelina suka bernyanyi,
ia pun sering menyanyi bagi adiknya yang masih di perut ibunya itu.
Tiba saatnya bagi Karen untuk melahirkan.
Tapi sungguh di luar dugaan, terjadi komplikasi serius.
Baru setelah perjuangan berjam-jam
adik Angelina dilahirkan.
Seorang bayi laki-laki yang tampan,
sayang kondisinya begitu buruk
sehingga dokter yang merawat dengan sedih berterus terang kepada Karen,
"Bersiaplah jika sesuatu yang tidak kita inginkan terjadi."
Karen dan suaminya berusaha menerima keadaan dengan sabar
dan hanya bisa pasrah kepada yang Kuasa.
Mereka bahkan sudah menyiapkan acara penguburan buat putranya
bila sewaktu-waktu dipanggil Tuhan.
Lain halnya dengan Angelina.
Sejak adiknya dirawat di ICU ia merengek terus!
"Mami... aku mau nyanyi buat adik kecil!"
Ibunya kurang tanggap.
"Mami... aku pengen nyanyi!!"
Karen terlalu larut dalam kesedihan dan kekuatirannya.
"Mami.... aku kepengen nyanyi!!!"
Hal itu berulang kali diminta Angelina bahkan sambil meraung menangis.
Karen tetap menganggap rengekan Angelina sebagai rengekan anak kecil.
Lagi pula ICU adalah daerah terlarang bagi anak-anak.
Baru ketika harapan menipis, sang ibu mau mendengarkan Angelina.
"Baik, setidaknya biar Angelina melihat adiknya
untuk yang terakhir kalinya.
Mumpung adiknya masih hidup!" batinnya.
Ia dicegat oleh suster di depan pintu kamar ICU.
"Anak kecil dilarang masuk!"
Karen ragu-ragu.
"Tapi, suster...."
suster tak mau tahu. "Ini peraturan!
Anak kecil dilarang dibawa masuk!"
Karen menatap tajam suster itu, lalu berkata,
"Suster, sebelum diizinkan bernyanyi buat adiknya,
Angelina tidak akan kubawa pergi!
Mungkin ini yang terakhir kalinya bagi Angelina melihat adiknya!"
Suster terdiam menatap Angelina dan berkata,
"Tapi tidak boleh lebih dari lima menit!"
Demikianlah,
kemudian Angelina dibungkus dengan pakaian khusus
lalu dibawa masuk ke ruang ICU.
Ia didekatkan pada adiknya yang sedang tergolek dalam sakratul maut.
Angelina menatap lekat adiknya...
Lalu dari mulutnya yang kecil mungil
keluarlah suara nyanyian yang nyaring
"You are my sunshine,
my only sunshine,
you make me happy
when skies are grey...."
Ajaib!
Si Adik langsung memberi respon.
Seolah ia sadar akan sapaan sayang dari kakaknya.
"You never know, dear,
How much I love you.
Please don't take my sunshine away."
Denyut nadinya menjadi lebih teratur.
Karen dengan haru melihat dan menatapnya dengan tajam dan,
"Terus.... terus Angelina! Teruskan sayang...,"
bisik ibunya sambil menangis.
"The other night, dear,
as I laid sleeping, I dreamt, I held you in my..."
Dan, Sang adikpun meregang,
seolah menghela napas panjang.
Pernapasannya lalu menjadi teratur...
" I'll always love you
and make you happy,
if you will only stay the same..."
Sang adik kelihatan begitu tenang,
sangat tenang.
"Lagi sayang..." bujuk ibunya sambil mencucurkan air matanya.
Angelina terus bernyanyi dan....
adiknya kelihatan semakin tenang,
rileks dan damai...
lalu tertidur lelap.
Suster yang tadinya melarang untuk masuk,
kini ikut terisak-isak menyaksikan apa yang telah terjadi
atas diri adik Angelina dan kejadian yang baru saja ia saksikan sendiri.
Hari berikutnya, satu hari kemudian,
si adik bayi sudah diperbolehkan pulang.
Para tenaga medis tak habis pikir
atas kejadian yang menimpa pasien yang satu ini.
Mereka hanya bisa menyebutnya sebagai sebuah terapi ajaib,
dan Karen juga suaminya melihatnya sebagai
mujizat Kasih Ilahi yang luar biasa,
sungguh amat luar biasa!
Bagi sang adik, kehadiran Angelina berarti
soal hidup dan mati.
Benar bahwa memang Kasih Ilahi yang menolongnya.
Dan ingat Kasih Ilahi pun membutuhkan mulut kecil Angelina
untuk mengatakan
"How much I love you".
Dan ternyata Kasih Ilahi membutuhkan pula
hati polos seorang anak kecil "Angelina" untuk memberi kehidupan.
Itulah kehendak Tuhan,
tidak ada yang mustahil bagi-NYA bila IA menghendaki terjadi.
Stres, Login Sebagai Admin di Wordpress Tanpa Dasbor
-
Tidak mudah lagi di Wordpress. Ini bukan berita resmi dari penyedia layanan
wordpress, hanya terbatas pengalaman pribadi. Penyebabnya karena hal remeh.
Bis...
5 years ago
No comments:
Post a Comment