Ketinggian Sejati

Makin besar rintangan,
makin besar keagungan yang diperoleh
dalam mengatasi rintangan tersebut.

Moliere

Bila malam cukup gelap,
kamu baru dapat melihat bintang-bintang.

Charles A. Beard

Telapak tangannya berkeringat.
la memerlukan handuk untuk mengeringkan genggamannya.
Segelas air es menghilangkan dahaga,
tapi hanya sedikit mendinginkan intensitas-nya.
Astroturf yang didudukinya
terasa sepanas persaingan yang dihadapinya hari ini
pada Olimpiade Junior Nasional.

Palang dipasang pada 17 kaki.
Itu 7,5 cm lebih tinggi daripada rekor pribadinya.
Michael Stone menghadapi hari yang paling menantang
dalam karier lompat galahnya.

Stadion masih dipenuhi sekitar 20.000 orang,
meskipun perlombaan terakhir sudah usai sejam sebelumnya.
Lompat galah sesungguhnya nomor yang glamor dalam pertandingan atletik.
Olahraga ini mengkombinasikan keanggunan seorang pesenam
dengan kekuatan seorang binaragawan.

la juga memiliki unsur terbang,
dan pikiran terbang setinggi gedung dua tingkat
hanyalah fantasi semata bagi orang yang menonton nomor itu.
Hari ini dan sekarang,
itu bukan cuma kenyataan dan impian Michael Stone
tapi juga tujuannya.

Sepanjang ingatannya,
Michael selalu bermimpi tentang terbang.
Ibu Michael membacakan banyak cerita tentang terbang
saat ia tumbuh dewasa.
Ceritanya selalu jenis yang menggambarkan dunia dari sudut pandang burung.
Kesenangan dan cintanya akan rincian
membuat impian Michael beraneka warna dan indah.
Michael berulang-ulang mendapat mimpi ini.

la berlari di jalan desa.
la dapat merasakan batu dan gumpalan tanah di kakinya.
Saat ia berlari menembus padang yang dibatasi gandum keemasan,
ia selalu mengalahkan laju lokomotif yang lewat.
Tepat pada saat ia menghela napas panjang,
ia mulai tinggal landas.
la akan mengangkasa seperti elang.

Tujuan terbangnya selalu kebetulan sama dengan cerita ibunya.
Ke mana pun ia terbang,
selalu dengan mata jeli menangkap rincian
dan semangat bebas akan cinta ibunya.

Di pihak lain, ayahnya bukan seorang pemimpi.
Bert Stone adalah orang yang sangat realistis.
la mempercayai kerja keras dan keringat.
Mottonya:

Kalau kamu menginginkan sesuatu,
berusahalah!

Pada usia 14, Michael melakukan itu.
la mulai mengikuti program angkat beban yang sangat hati-hati
dan sistematis.
Ia melakukan olahraga dua hari sekali dengan beban,
diselingi dengan olahraga lari pada hari berikutnya.

Program ini dipantau dengan hati-hati oleh pelatih, penggembleng,
dan ayah Michael.
Pengabdian, keteguhan hati,
dan disiplin Michael itulah yang selalu diimpikan seorang pelatih.

Selain merupakan murid teladan dan anak tunggal,
Michael Stone terus membantu orangtuanya di peternakan mereka.
Ketekunan Michael untuk meraih kesempurnaan bukan hanya obsesinya,
tapi juga cintanya.

Mildred Stone, ibu Michael,
menginginkan anaknya dapat lebih santai
dan kembali menjadi anak kecil yang "bermimpi bebas."

Pada suatu kesempatan,
ia mencoba berbicara padanya dan ayahnya tentang ini,
tapi ayahnya cepat menyela, tersenyum dan berkata,

"Kalau kamu menginginkan sesuatu,
berusahalah!"

Semua galah Michael sekarang kelihatannya adalah
imbalan untuk kerja kerasnya.
Kalau Michael Stone kaget, berdebar,
atau angkuh tentang meloncati palang setinggi 17 kaki, itu sulit dilihat.
Begitu ia mendarat pada matras pendaratan yang menggembung,
dan penonton meloncat berdiri,
Michael langsung mulai bersiap untuk percobaan berikutnya untuk terbang.
la kelihatan tak sadar
bahwa ia sudah melewati rekor pribadinya sebanyak 7,5 cm
dan bahwa ia adalah salah satu dari dua pesaing akhir
dalam nomor lompat galah dalam Olimpiade Junior Nasional.

Saat Michael melompati palang setinggi 523 cm dan 528 cm,
lagi-lagi ia tak menunjukkan emosi.
Persiapan yang konstan dan keteguhan hati adalah visinya.
Saat ia berbaring dan mendengar penonton mengerang,
ia tahu bahwa pelompat satunya gagal dalam lompatan terakhir.
la tahu sudah waktunya untuk lompatan terakhirnya.
Karena pelompat satunya hanya gagal sedikit,
Michael perlu melompati palang ini untuk menang.
Kalau gagal, ia akan jadi juara dua.
Tak perlu malu,
tapi Michael tak membiarkan dirinya
memikirkan tak menjuarai pertandingan.

la berguling dan melakukan upacara push-up tiga jari-nya
dan tiga push-up gaya AL.
la mengambil galahnya,
ber-diri dan melangkah ke jalur yang menuju nomor paling menantang
dalam usianya yang 17 tahun.

Jalur terasa berbeda kali ini,
mengagetkannya sesaat.
Mendadak ia tersadar.
Palang dipasang 23 cm lebih tinggi dari rekor pribadinya.
Itu cuma 2,5 cm lebih rendah dari rekor nasional, pikirnya.
Intensitas saat itu memenuhi pikirannya dengan rasa cemas.
la mulai menggetarkan rasa tegang agar hilang dari tubuhnya.

Tak berhasil.
la malah tambah tegang.
Kenapa harus terjadi sekarang, pikirnya.
la mulai gugup.
Takut mungkin penggambaran yang lebih tepat.
Apa yang harus ia lakukan?
la belum pernah mengalami perasaan seperti ini.

Lalu, tiba-tiba hal itu muncul begitu saja,
dan dari relung terdalam jiwanya,
ia membayangkan ibunya.
Kenapa sekarang?
Sedang apa ibunya muncul dalam pikirannya pada waktu seperti ini?

Sederhana saja.
Ibunya selalu berkata padanya kalau ia merasa tegang, cemas,
atau bahkan takut,
ia harus menghirup napas dalam-dalam.

Jadi, ia pun menghirup napas.
Sambil menggetarkan ketegangan agar hilang dari kakinya,
dengan lembut ia meletakkan galah di kakinya.
la mulai meregangkan tangan dan tubuh atasnya.
Angin semilir yang tadinya bertiup kini menghilang.
la dapat merasakan tetesan keringat dingin di punggungnya.
la memungut galahnya dengan hati-hati.
Dirasakannya jantungnya memukul-mukul.
la yakin, penonton pun demikian.

Kesunyian terasa memekakkan telinga.
Saat ia mendengar nyanyian sayup-sayup burung murai yang sedang terbang,
ia tahu inilah saatnya untuk terbang.
Saat ia mulai berlari di jalur, sesuatu terasa berbeda,
tapi akrab dan menyenangkan.
Permukaan di bawahnya terasa seperti jalanan tanah yang sering ia mimpikan.
Batu dan gumpalan tanah,
bayangan padang gandum keemasan seakan memenuhi pikirannya.
Saat ia menghirup napas dalam-dalam, terjadilah hal itu.

la mulai terbang.
Lepas landasnya begitu mudah, tanpa usaha.
Michael Stone sekarang sedang terbang,
persis mimpi masa kecilnya.
Hanya saja kali ini ia tahu ia tidak bermimpi.
Ini kenyataan.
Semua seakan bergerak lambat.
Udara di sekitarnya semurni dan sesegar yang pernah dirasakannya.
Michael mengangkasa dengan keagungan seekor elang.

Entah ledakan penonton atau gedebuk pendaratannya
yang membawa Michael kembali ke bumi.
la telentang dengan matahari terasa hangat pada wajahnya,
ia tahu ia hanya dapat membayangkan senyum pada wajah ibunya.
Ia tahu ayahnya mungkin sedang tersenyum juga, atau malah tertawa.
Bert selalu begitu kalau dia senang,
tersenyum lalu cekikikan.
Yang ia tak tahu ialah
ayahnya sedang memeluk istrinya dan menangis.
Tepat sekali:
Bert "Kalau Kamu Ingin, Berusahalah". Stone sedang menangis
seperti bayi dalam pelukan istrinya.
la menangis lebih keras dari yang pernah dilihat Mildred sebelumnya.
Mildred juga tahu ia sedang mengucurkan air mata paling hebat:
air mata kebanggaan.




Michael langsung dikelilingi orang yang memeluk
dan memberinya selamat atas prestasi terbesar dalam hidupnya.
Kemudian, ia berhasil melompati 535 cm:
rekor nasional dan rekor Olimpiade Junior Internasional.
Dengan semua perhatian media,
kemungkinan santunan dan kerumunan dengan ucapan selamat yang tulus,
hidup Michael tak akan sama lagi.
Bukan karena ia memenangkan Olimpiade Junior Nasional
dan memecahkan rekor dunia.
Dan bukan karena ia memperbaiki rekor pribadinya sebanyak 24 cm.
Tapi,
karena Michael Stone seorang yang buta.

David Naster

No comments:

Post a Comment